Pagi dan nestapa

Pagi sementara masih gelap
Ku cari jejak mentari yang senyumnya hilang ditelan zaman

Pada anyelir berlambai ku kabarkan
sinar redup di ujung jalan yang memberi isyarat ketiadaan

Pada embun yang sementara menetes di daun-daun ku ceritakan
kisah anak manusia yang hidupnya sengsara dipasung luka

Yogyakarta, 2017

Cacing cacing mulai keluar dari lumpur hitam
bergeliat mencari tempat2 basah untuk menyucikan dirinya dari sampah
Hingga datang sekumpulan burung elang siap menerkam cacing2 jalang

Cacing cacing lari terbirit birit hingga keparit parit
Kini cacing aman mendapat perlindungan dari kawan
Ia belut, licin dan sulit diusut
Dibuatnya semua jadi pengecut

Cacing cacing pun muali tua; menganggap belut adalah dewa
Ia menaruh hormat hingga tak perduli yang lain sekarat
cacing2 memang hebat
Mereka mewarisi ilmu dari leluhurnya yang kini sudah wafat: belut!

Cacing cacing pun tau, leluhurnya kuat menahan sembilu bahkan tembakan peluru
Ilmu itu jadi pedoman hingga tak perduli
siapa teman siapa kawan.

Yogyakarta, 2017

Komentar

Postingan Populer