Luka lama

Duhai kasih yang menjadi pergantungan jiwaku. Bukankah telah banyak derai air mata atas doa yang diam-diam terpanjat antara rentetan waktu sembahyangku. Dan dari doa itulah namamu yang terselip telah menjadi alasan lain penghidupan ini.

Pada telapak tanganmu yang halus, dan sementara telapak tanganku yang kasar tidak mungkin terbedakan di sisi Tuhan kita. Hanya hati yang suci, dan cinta yang bermelati, akan selalu merekah untuk hikayat-hikayat di antara kita.

Namun, sebelum aku menjadi siapa-siapa dari syaraf kehidupanmu, belum pula menjadi pengabadi namamu, dan Tuhan belum sempurna mengukir asmara yang tumbuh, sudah kau lebur segala cita-cita ku yang mulia. Kau injak selembaran surat berisi janji-janji abadi. Kesalahan sekali tidak akan abadi. Namun kau mengulangnya lagi saat ini.

Sungguh tak seabadi ucapan, yang katanya tak lapuk di hujan dan tak legam di panas. Sampai kini, sosok diri merasa terlantar, membentuk sekepingan hati telah terhambur pada langit-langit tinggi, di mana dahulu mimpi ku gantung sesuci mungkin. Inikah yang kau katakan "kekejaman" atas laki-laki?
Mana lebih kejam dengan sikapmu yang tarik ulur itu tanpa sedikit penglihatan mata hati.

Orang-orang di sana mengatakan aku bahagia, namun itu bahagiaku dari luarnya belaka, mereka belum membuka kelopak mata suci nuraninya, betapa sungguh aku laki-laki tersenyum pedih di balik layar. :')

Komentar

Postingan Populer